public-gold-logo-maroon
Mansa Musa: Ekspedisi menunaikan haji yang menelan belanja 34 tan emas!
Home » Kisah Motivasi  »  Mansa Musa: Ekspedisi menunaikan haji yang menelan belanja 34 tan emas!
Mansa Musa: Ekspedisi menunaikan haji yang menelan belanja 34 tan emas!
Musa Keita I (c. 1280—c. 1337) adalah Mansa, atau lebih dikenali dengan panggilan "sultan" (king), "conqueror", atau emperor kerajaan kaya raya negara Mali. Kerajaan Mali pada masa kegemilangannya, terbentang dari Samudera Atlantik di barat hingga Sungai Niger di timur. Sepanjang wilayah ini dianggap sebagai penyimpanan garam dan emas terbesar di dunia. Raja Mansa Musa berkuasa dari tahun 1312 hingga 1337.

Menerusi laporan theroot.com, selama tiga bulan tinggal di Kairo, Mesir, Musa sempat menceritakan kisahnya hingga menjadi Raja Mali kepada seorang penulis sejarah.

Ia menceritakan bahwa pendahulunya, Abubakari II, berlayar menyeberangi Atlantik dengan 2,000 kapal, dengan tambahan 1,000 perahu untuk membawa perbekalan dan air. Mereka tidak pernah kembali, dan tidak ada yang tahu nasib ekspedisi tersebut.

Para peneliti modern mengetahui tentang Mansa Musa melalui kraftangan dari Arab, sejarah lisan, dan mungkin yang paling penting, sejarawan abad ke-17 dari Timbuktu, Ibn al-Mukhtar.

Tempat menarik di Timbuktu

Musa digambarkan sebagai seorang raja soleh dan sangat dihormati di seluruh Afrika. Ia sangat bersemangat dalam mempelajari Alquran. Ia seorang yang tegas dan enggan bersujud pada penguasa lain. Ia hanya mahu bersujud dihadapan Allah.

Sang raja akhirnya memutuskan untuk menunaikan fardhu haji. Perjalanan panjang merentasi gurun Sahara membawanya ke Mekah, kiblat bagi umat Islam. Pada ketika itu, perjalanan ke Mekah terasa seperti ekspedisi ke sebuah planet yang sangat jauh.

Tapi itu menunjukkan nenek moyang Afrika ingin tahu tentang dunia luar dan bermusafir seperti penjelajah lainnya. Ini bertentangan dengan media massa atau filem, bahawa mereka tetap tinggal di rumah mereka di benua menunggu untuk 'ditemui'.

Sejarah mencatat, Afrika bagian barat, Mesir, hingga Saudi Arabia pernah mengalami inflasi yang parah pada abad ke 14. Harga-harga barang melonjak sementara harga emas jatuh di harga paling rendah. Keadaan ini berlarutan selama hampir 20 tahun. Apa sebabnya?

Penyebab krisis itu ternyata rombongan karavan Raja Mansa Musa dari Mali di Afrika Barat yang hendak menunaikan ibadah haji. Apa hubungannya ?

Begini kisahnya. Pada 1324, Raja Mansa berangkat dari Mali menuju tanah suci Mekah. Saat itu Mali dikenal sebagai kerajaan yang teramat sangat kaya karena menjadi penghasil emas terbesar dunia. Tak hairan jika rombongan calon haji itu menjadi satu perarakan yang sangat besar dan mewah. Rombongan itu jumlahnya tak kurang dari 60 ribu orang lelaki dan 12 ribu dari jumlah tersebut adalah para hamba.

Setiap hamba sekurangnya membawa dua kilogram emas, baju sutra bertahta emas, ribuan kuda, dan berguni-guni bekalan makanan dan ubatan. Di dalam rombongan juga terdapat 100 ekor unta yang masing-masing memikul sekurangnya 100 kilogram emas. Sehingga rombongan haji itu mengikut perkiraan membawa sebanyak 34 ton jongkong emas. (*1 ton = 1,000 kilogram)

Perjalanan yang memakan masa hampir satu tahun itu tentu saja memerlukan perubatan dan belanja yang cukup besar. Sang Raja sendiri dikenal sangat dermawan. Di setiap tempat yang mereka singgah, mereka tak teragak-agak membayar menggunakan emas dengan nilai yang lebih besar dari harga barang. Mungkin dianggap sebagai sedekah dan beramal.

Perjalanan rombongan haji Mansa Musa ke Mekah

Ketika rombongan sampai di Kairo, Mesir, mereka berkhemah selama tiga hari di dekat kompleks Pyramid. Pada masa itu Raja Mansa memberikan hadiah 50 ribu keping dinar emas kepada Sultan Mesir, Mamluk Al-Nasir Muhammad. Setiap wilayah yang dilalui rombongan akan menerima hujan emas yang berlimpah. Mereka menerima rombongan dengan sajian terhebat, layanan kelas pertama dan jaminan keamanan yang terbaik.

  • (1 Dinar Public Gold hari ini 13/6/2016 bersamaan RM772).
  • Hadiah 50 ribu keping dinar bersamaan dengan RM38.6 juta hari ini!
Raja Mansa Musa memberikan sebanyak 50,000 keping dinar emas sebagai hadiah untuk Sultan Mesir
Raja Mansa Musa memberikan sebanyak 50,000 keping dinar emas sebagai hadiah untuk Sultan Mesir
13450322_893503607444491_6078192214343455659_n

Kisah perjalanan haji Raja Mansa Musa ini bukanlah dongeng semata. Hampir semua sastrawan di sepanjang wilayah yang dilalui dan disinggahi oleh rombongan, menulis dengan kisah yang sangat serupa.

David Tschanz, dalam essaynya bertajuk Lion of Mali: The Hajj of Mansa Musa edisi Mei 2012, menulis, Musa tak hanya memberikan emasnya ke kota-kota yang ia singgahi, tapi juga termasuk Kairo dan Madinah, tetapi juga menukarnya dengan souvenir. Ia dilaporkan juga membina sebuah masjid setiap hari Jumaat.

Meskipun perbelanjaan emas Musa terus dibahagi-bahagikan ketika menunaikan haji, sumber rezekinya tak pernah kering. Maklum raja muslim itu menguasai pasaran emas dan menguasai seluruh kawasan Sahara.

Namun apa yang terjadi kemudian? Setelah berlalunya rombongan, nilai emas terus merudum. Disebabkan emas yang ada berlimpah yang mengakibatkan bukan orang berburu emas, tetapi orang berebut menjual emas. Berlimpahnya wang hasil penjualan emas, membuat harga-harga barang melonjak naik. Keadaan ini tidak hanya terjadi satu atau dua tahun, namun berlarutan hingga 20 tahun.

Melihat situasi itu, Raja Mali merasa prihatin. Emas keluaran Mali yang selama ini dapat dijual ke negara-negara Timur Tengah juga merosot permintaannya. Bagi menenangkan keadaan, Raja Mansa Musa mengambil keputusan membeli atau meminjam (digelar gadaian) sebanyak mungkin emas yang pernah dia bagi-bagikan. Bahkan sang Raja siap memberi imbuhan dengan harga tinggi.

Membaca kisah tersebut terbayang seberapa kayanya Raja Mansa Musa. Dia bukan hanya kaya pada zamannya, namun diakui sebagai orang paling kaya yang pernah ada di muka bumi selepas Nabi Sulaiman as, hingga hari ini.

Majalah Time mencatat, jika disesuaikan dengan inflasi ketika ini Mansa Musa mempunyai kekayaan senilai US$400 Billion (RM1.2 trillion). Angka itu mengatasi harta keluarga Rothschild (US$350 juta), John D Rockefeller (US$340 juta), ataupun Henry Ford (US$ 199 juta). 

Penulis,
  • Hafizul Hakim Bin Mohamad Kerta | PG000839
  • HP: 019-8884452
  • Authorized Dealer Public Gold